Rabu, 25 November 2015

Asal Muasal Suku Ranau... (Episode: Bantahan terhadap Klaim Sekala Brak)

http://hijau-orange.blogspot.co.id/2015/02/asal-muasal-suku-ranau-bantahan.html?m=1

Asal muasal Suku Ranau... (Bantahan terhadap Klaim Sekala Brak)

Banyak versi, Tentang asal muasal suku Ranau, dari mana datangnya. Tidak ada yang tau persis, yang ada adalah, Masing-masing menguatkan versinya sendiri  karena pengaruh emosional kelompok, atau mirip politik Java sentris ala Soekarno. Kami disini akan mencoba menyusun cerita yang ada, dari berbagai versi itu.Mencari tahu sejarah Ranau, Tentu tidak bisa melepaskan sejarah Kerajaan Sekala Brak (Brak-Bekhak-Bekgak = Lebar)., karena di kisah kerajaan ini terdapat pula teori asal mula penduduk Ranau.Kerajaan Sekala Brak disebutkan berada di wilayah Gunung Pesagi, Lampung Barat.,  Pada mulanya kerajaan ini adalah Kerajaan Hindu,  atau Kerajaan yang percaya pada roh-roh leluhur yang kemudian disebut kerajaan Hindu. Yang kemudian datang empat orang dari Padang, Menyebarkan Agama Islam disana, hingga akhirnya Kerajaan Sekala Brak pun menjadi Kepaksian Sekala Bekhak.Kepaksian Sekala Brak kemudian digadang-gadangkan sebagai asal muasal etnis Lampung, bahkan termasuk Ranau,Daya, Komering sampai wilayah Kayu agung, Tanjung Raja, bahkan dikatakan menurunkan cikal kerajaan Sriwijaya.Menurut pendapat dari Sekala Brak, Penduduk Ranau adalah keturunan salah satu dari empat orang pagaruyung (pendiri paksi pak sekala Brak), yaitu Umpu Bejalan di way,  Penyebaran penduduk dari Sekala Brak dimulai sejak kalahnya suku Tumi oleh Paksi Pak Sekala Brak.

Cerita Pertama Asal usul Penduduk Ranau.Aku pastekan langsung, >>>

Perpindahan Warga Negeri Sekala BrakSeperti yang telah diuraikan sebelumnya semua suku bangsa Lampung, baik yang berada di daerah Lampung, Palembang, dan Pantai Banten berpengakuan berasal dari Sekala Brak. Perpindahan Warga Negeri Sekala Brak ini bukannya sekaligus melainkan bertahap dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh beberapa peristiwa penting di dalam sejarah seperti:Ketika suku bangsa Tumi yang mendiami Sekala Brak terusir dan Skala Brak jatuh ketangan Paksi Pak Sekala Brak, hingga mereka menyebar kedaerah lain.Perselisihan dan silang sengketa dikalangan keluarga yang mengakibatkan satu fihak meninggalkan Sekala Brak untuk mencari penghidupan ditempat lain.Adanya bencana alam berupa gempa bumi yang memaksa sebagian Warga Negeri Sekala Brak untuk berpindah dan mencari penghidupan yang baru.Adanya hubungan yang erat antara Kesultanan Banten dan Kebuayan Belunguh -Kenali, dimana dengan sengaja ditinggalkan disepanjang jalan beberapa orang suami istri untuk meluaskan daerah dan memudahkan perjalanan pulang pergi ke Banten. Sehingga berabad kemudian ditempat itu berdiri Pekon Pekon bahkan banyak yang sudah menjadi Marga. Hubungan inilah yang merupakan asal dari Cikoneng Pak Pekon di Pantai Banten.Perpindahan juga terjadi disebabkan peraturan adat yang mengikat yang menetapkan semua hak hak adat jatuh atau diwarisi oleh Putera Tertua, sehingga anak anak yang muda dipastikan tidak sepenuhnya memiliki hak apalagi kedudukan tertentu di dalam adat. Dengan cara memilih untuk pindah kedaerah yang baru maka dapat dipastikan mereka memiliki kedudukan dan tingkatan di dalam adat yang mereka bentuk sendiri ditempat yang baru.Perpindahan penduduk dari Sekala Brak ini sebagian mengikuti aliran Way Komring yang dikepalai oleh Pangeran Tongkok Podang, untuk seterusnya beranak pinak dan mendirikan Pekon atau Negeri. Kesatuan dari Pekon Pekon ini kemudian menjadi Marga Atau Buay yang diperintah oleh seorang Raja atau Saibatin di daerah Komring –Palembang. Sebagian kelompok lagi pergi kearah Muara Dua, kemudian menuju keselatan menyusuri aliran Way Umpu hingga sampai di Bumi Agung. Kelompok ini terus berkembang dan kemudian dikenal dengan Lampung Daya atau Lampung Komring yang menempati daerah Marta Pura dan Muara Dua di Komring Ulu, serta daerah Kayu Agung dan Tanjung Raja atau Komring Ilir.Sekala BrakKlaim Pihak Sekala Brak yang mengatakan Asal usul suku Lampung, Komering, Daya, Ranau dll, tidak bisa begitu saja diterima, butuh analisa lebih lanjut, Teori ini pun mendapat penyangkalan dari suku lampung di wilayah selatan.Klaim Pihak Sekala Brak masih punya kelemahan, Penyangkalan atas klaim itu bisa dilihat di bagian bawah tulisan ini...................................................Cerita kedua tentang Asal muasal penduduk Ranau adalah,(Saya Pastekan langsung dari Komentar Adi Raya)alkisah, rombong dr kerajaan pagaruyung padang berkunjung ke kerajaan tulang bawang, dlm rangka pernikahan putri bungsu klrga kerajaan pagaruyung dg salah satu klrga kerajaan tulang bawang, sewaktu berlangsung arak arakan penganten, tiba2 kerajaan tulang bawang diserang oleh kerajaan banten, seluruh peserta arak arakan kocar kacir melarikan diri.. Rombongan dr pgruyung dipimpin oleh raja kilap daya lari kehutan, arah barat, kemudian mereka sampai diway semaka. dg menyusuri tepian sungai (way semaka), mereka meneruskan perjalanan kearah utara dg ttp menyusuri tepian sungai, sampailah mereka disuatu tempat yaitu muara sungai, pertemuan antara sungai (skrg way warkuk) dg danau ranau, disitu mereka tdk bisa melanjutkan perjalanan sbb terhalang danau, mereka menetap Nunggul yg waktu itu msh tepian danau, kemudian ada sebagian rombong tsb yg msh ingin meneruskan perjalan pulang ke pgruyung, tp sesampainya didesa tanjung sari mereka ttp tdk bisa meneruskan perjalanan sbb terhalang danau, akhirnya rombongan kecil itu menetap di tanjung sari,, jadi wajar kalau ada sebagian orang tua dulu mengatakan bhw sukajaya dan tanjung sari adalah desa tertua diranau,, walahuwalam.thn 2005 ada tim dr LIPI, melakukan penelitian di pemakaman raja kilap daya di nunggul sukajaya, mereka mengatakan bhw wilayah nunggul sukajaya (lokasi pemakaman kilap daya) dulu msh tepian danau, walahuawalam..(Kami pun melakukan pengujian atas kisah ini, bisa di lihat di bagian bawah tulisan ini ).

Cerita Ketiga adalah, Penduduk Asli Ranau adalah Orang Abung... ( Orang Abung bukan orang dari Abung Lampung).

Etnis Ranau bisa disebut  suku  Abung, telah berada di Ranau sejak sekitar tahun 2500-1500 SM,. Termasuk dalam suku Proto Malayan, Bersaudara dekat dengan Etnis Toba (batak ), Suku Anak Dalam, Mentawai, Lampung.Proto Malayan Berasal dari Etnis Cina, Dataran tinggi Yunan, yang terusir oleh serangan bangsa mongol, Proto Malayan juga disebut Melayu kono, dan menjadi cikal suku-suku di Indonesia.Sekelompok orang naik ke pegunungan di Formosa Taiwan, dan membentuk komunitas yang disebut sebagai Suku Tayal.Suku Tayal TaiwanKelompok lain menuju perbatasan Thailand dan Burma membentuk komunitas yang dinamakan Suku Karen dan ada juga kelompok yang bertahan di sepanjang Sungai Mekong yang membentuk komunitas bernama Suku Meo.Gadis Meo Sungai MekongSedangkan yang mencoba bertahan di pesisir pada akhirnya harus menyeberang lautan dan tersebar ke segala penjuru Asia Tenggara sampai ke wilayah Asia Pasifik hingga Samudra Hindia dalam jumlah besar.Sebagian kelompok mendarat di kepulauan-kepulauan lepas pantai sebelah barat Sumatra. Di sana membentuk beberapa komunitas 'Rumpun Batak Pulau' yang terdiri dari Suku Enggano, Suku Mentawai, Suku Nias dan Suku Simalur.Lihat Gambar >>>>Jalur MasukKelompok lain mendarat di Barus dan membentuk suatu komunitas yang kemudian menjadi cikal bakal Rumpun Batak.Selain itu dari kelompok ini ada juga yang meneruskan perjalanan ke pedalaman hutan Sumatra, terpecah dalam beberapa kelompok masuk ke pedalaman hutan Sumatra bagian tengah (Riau, Sumatra Barat dan Jambi). Diduga salah satunya adalah Suku Anak Dalam.Kelompok lain mendarat di kepulauan Riau dan membentuk beberapa komunitas kecil serta mengisolasi diri di pulau-pulau terpencil. Komunitas-komunitas ini terdiri dari Suku Utan di pulau Rempang. Suku Anak Laut di pulau Batam, Suku Sakai, Suku Sawang dan Suku Akit di pulau Bengkalis.Kelompok lainnya mendarat di Sumatra bagian selatan yang terbagi atas 3 kelompok, yaitu satu kelompok menuju Danau Ranau dan disebut sebagai suku Abung, Kelompok kedua bertahan di lampung dan membentuk komunitas yang disebut sebagai suku Lampung. Kelompok ketiga menuju Danau Ranau lalu mengikuti aliran sungai dan membentuk suku Komering dan suku Daya. Konon menurut cerita masyarakat Lampung, dari kelompok terakhir ini sebagian memisahkan diri dan meneruskan perjalanan ke Danau Toba, inilah yang menjadi cikal bakal suku Toba (Batak). Ini ditambahkan dengan adanya kemiripan bahasa antara kelompok-kelompok ini.Suku BatakSelain itu dari kelompok yang menyusuri garis pantai Sumatra bagian barat mendarat di Kalimantan sebelah selatan, membentuk komunitas bernama Suku Ma'anyan. Suku Ma'anyan ini banyak memiliki kemiripan bahasa dan dialek dengan 'Rumpun Batak Pulau'. Saat ini Suku Ma'anyan dikenal dengan sebutan sebagai Suku Dayak Ma'anyan.Sedangkan sukubangsa Proto Malayan yang memotong jalur laut mendarat di Kalimantan sebelah barat datang dalam jumlah besar langsung menyebar di seluruh wilayah Kalimantan, membentuk komunitas-komunitas yang semuanya dikenal sebagai Suku Dayak.Sumber : http://protomalayans.blogspot.com/2012/04/suku-abung.html.......Proto MalayanDari tiga teori diatas, Suku Ranau berasal dari Yunan adalah yang paling mendekati kebenaran, sebab Suku Ranau telah menetap di Ranau jauh sebelum adanya kerajaan Sekala Brak, Kita bisa melihatnya  dari cerita dari Kerajaan Sekala Brak.,....................................................PENGUJIANDari Kronologi waktu.Terdapat catatan Tentang Sekala Brak Menurut Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga: "Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Brak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako"Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Brak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa".Dari kalimat diatas, ada kata Sekala Brak sejaman dengan Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin bundo kandung,.Kita hubungkan dengan Kisah masuknya empat orang pagaruyung yang membawa agama Islam yang menjadi sebab Kepaksian Sekala Brak.Pagarayung adalah Kerajaan yang berdiri sekitar abad ke 13 M, Islam masuk kesana sekitar Abad ke 15 M, dan Kerajaan Pagaruyung menjadi kerajaan Islam pada abad ke 17. Jika empat orang dari pagaruyung yang masuk ke sekala Brak itu untuk mengajarkan agama islam, maka itu terjadi paling awal adalah abad ke 15 dan kemungkinan  besar abad ke 17. Dengan fakta ini, Maka kepaksia Sekala Brak berdiri pada abad ke 15-17 M.Dari kisah Puyang Kilap daya.Kisahnya mirip, yaitu pernikahan orang pagaruyung dengan kerajaan Tulang Bawang ( atau sekala Brak ) diserang oleh kerajaan Banten lalu sebagian menghindar hinggan sampai ke wilayah Ranau.Gadis DayakNamun dikisah ini tidak disebutkan apakah pengantin itu telah beragama Islam,. Bisa saja kisah ini terjadi sebelum Pagaruyung belum menjadi kerajaan Islam ( sebelum abad 17 M)., namun dikisah ini ada menyebutkan “Kerajaan Banten”.Kerajaan Banten berdiri pada abad ke 15 M., dari sini kita bisa tau bahwa kisah Pernikahan Pengantin dan Serangan kerajaan Banten ada di kisaran Abad ke 15-16 M).Dua kisah diatas terjadi dalam rentang waktu yang tidak berjauhan, antara abad ke 15-17 M., dan berarti peristiwa jatuhnya Ratu Sekekhumong ( Penguasa terakhir Kerajaan sekala Brak Hindu) terjadi di masa yang sama.....................................Sebelum Peristiwa-Peristiwa di atas, Di Ranau telah berpenduduk, dasarnya adalah :Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich dalam buku William Marsden The History of Sumatra 1779 terdapat kalimat : “"It is probably within but a very few centuries that the south-west coast of this country has been the habitation of any considerable number of people; and it has been still less visited by strangers, owing to the unsheltered nature of the sea thereabouts, and want of soundings in general, which renders the navigation wild and dangerous for country vessels; and to the rivers being small and rapid, with shallow bars and almost ever a high surf. If you ask the people OF THESE PARTS from whence they originally came they answer, from the hills, and point out an inland place near the great lake from whence they say their forefathers emigrated: and further than this it is impossible to trace". Terjemahnya  :  "......Apabila anda bertanya kepada orang-orang Lampung di bagian ini (Pesisir pantai Barat/Barat Daya negeri Lampung yaitu Lampung Barat yang ditemui oleh William Marsden) tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang luas....."Sebuah Gunung dengan Danau yang luas, Ini lebih merujuk ke wilayah Ranau, bukan ke kerajaan sekala Brak, karena, Jika hanya menunjuk ke sekala Brak, Danau yang luas tidak disebutkan.2.   Nama “Lemia Ralang Pantang”, yang bersama Punggawa lima memerangi sisa Suku Tumi di arah pesisir selatan. Lemia Ralang Pantang berasal dari Ranau., Ini menandakan bahwa pada masa itu, masa dimana Pagaruyung datang ke sekala Brak, masa dimana Ratu Segekhumong dikalahkan, Ranau telah berpenghuni.Dari Bahasa.Bahasa Ranau punya kemiripan dengan Bahasa Liwa, Krui,  dan ke selatan yaitu Kalianda, Talang Padang.,Dalam ilmu modern,Bahasa selalu dipakai untuk menguji perkembangan sebuah bangsa, asal muasal bangsa dan suku bisa ditelusuri dari bahasa, karena inilah, kita tau bahwa Kisam punya ikatan dengan Pagar Alam, dan tentu Ranaupun tentu punya ikatan dekat  dengan Kalianda.Kedekatan Ranau dengan Lampung selatan karena jalur laut.. (lihat Peta).Penyebaran.................................Kesimpulan.Dengan sedikit berani ( melawan sejarah), aku berargumen bahwa, Ranau telah berpenghuni jauh sebelum kerajaan Sekala Brak ada,. Ranau telah berpenghuni sejak 2500 – 1500 sebelum Masehi, dan terhubung langsung dengan etnis Yunan di daratan cina, Bersaudara dengan Suku Mentawai, Kaur, Toba dan Suku Anak Dalam.,Melalui Ranau perjalanan muasal suku Daya, Aji sampai komering. Jalurnya adalah menyusuri sungai selabung terus ke hilir jauh.yang menetap di Ranau disebut suku Abung, yang ke timur menyusuri sungai warkuk terus ke hulu kemundian mendirikan kerajaan skala Brak, dan terus ke timur menurunkan suku Abung.., Jadi, Penamaan suku Abung adalah karena mereka orang Abung ( sekarang orang Ranau), Nama Ranau sendiri adalah nama baru, sebuah kosakata Melayu, yang berarti sejuk, hijau, permai, untuk menunjukan tempat, Kata Ranau juga dipakai untuk suatu tempat di wilayah Sabah Malaysia, Ranau MalaysiaSedangkan Proto Malay yang tidak masuk Ranau terus ke selatan lagi melalui jalur laut, menurunkan orang Kalianda, Rajabasa,Talang padang dan sekitarnya.Pendapat pihak sekala Brak yang mengatakan bahwa orang Ranau berasal dari sekala Brak, juga suku Lampung lainnya berasal dari sekala brak  jelas lemah, sebab  Tidak Mungkin orang-orang Lampung, Ranau, Komering baru ada sejak 500 tahun lalu ( Pasca kedatangan empat orang pagaruyung), ., Sedangkan pada Abad ke 15 Masehi, Kerajaan-kerajaan telah hadir lama di Nusantara, Sriwijaya abad ke 7 – 12 M, Mataram, Majapahit, Banten, Pagaruyung, dan banyak lagi.Namun jika orang Jepara berasal dari sekala Brak, Orang Sukajaya berasal dari sekala Brak, itu bisa jadi, hanya saja pada waktu itu di tanah Ranau telah didiami suku Abung ( penduduk asli Ranau yang berasal dari Yunan).Soal dimana Suku Abung menetap, wallahu A’lam, bisa saja pada saat itu suku abung telah menyebar di penjuru Ranau...Wallahu A’lam. Hanya Allah yang maha tau....Semoga menambah pengetahuan.Salam Kemuakhian.Lintang Kemukus.

sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepaksian_Sekala_Brak

http://protomalayans.blogspot.com/2011/06/kelompok-proto-malayan.html

https://books.google.co.id/books?id=ZHRKDUUX4swC&pg=PA20&lpg=PA20&dq=proto+malayan&source=bl&ots=0pfdIlnlws&sig=Tl2AIT3isnFPUsJh1eRP3vSm8f4&hl=id&sa=X&ei=UM_UVPS6M82vuQS194LwDw&redir_esc=y#v=onepage&q=proto%20malayan&f=false

Selasa, 17 November 2015

ASAL MUASALNYA ORANG LAMPUNG DAN TENTANG DANAU RANAU

ASAL MUASALNYA ORANG LAMPUNG & TENTANG DANAU RANAU (Ref. edit Fb, sdr.Harir Santosa)

Danau Ranau, sebuah danau yang terletak di bagian Tenggara pulau Sumatra, usianya sekitar 2 juta tahun. Munculnya Danau Ranau ini diperkirakan sebagai awal dari berbagai bencana besar lainnya, yang memusnahkan sebuah peradaban manusia di sepanjang Bukit Barisan."Danau Ranau merupakan kaldera tua. Produk erupsinya adalah Tufa Ranau yang mengisi daerah lebih rendahKaldera yang dalam bahasa Spanyol berarti wajan, merupakan fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik."Umurnya sekitar 2 juta tahun. Mungkin dapat dibandingkan dengan kaldera Maninjau yang berusia 80 ribu tahun, kaldera Toba yang berusia 74 ribu tahun, karena produk erupsinya mirip,"Dengan penjelasan usia Danau Ranau tersebut, itu menandakan pada jalur Patahan Sumatra yang berada di sekitar Danau Ranau dan Gunung Dempo, pernah terjadi beberapa kali bencana gempa vulkanik yang sangat besar, sehingga memusnahkan banyak kehidupan atau peradaban di sepanjang Bukit Barisan.Salah satu buktinya, ditemukannya sejumlah artefak seperti patung megalitik yang usianya diperkirakan sekitar 2 ribu tahun Sebelum Masehi, yang disebut para peneliti sebagai peninggalan tradisi Megalitik Bukitbarisan Pasemah.Artefak-artefak ini ditemukan tersebar di berbagai dataran tinggi di Bukitbarisan, khususnya di Pagaralam, Lahat, Bengkulu, Lampung Barat, Ogan Komering Ilu, Ogan Komering Ilir, dan Jambi.Sebagian besar artefak-artefak itu ditemukan puluhan meter di dalam tanah. Dengan data itu, sangatlah wajar kewaspadaan harus ditunjukkan terhadap kemungkinan bencana besar di sekitar Danau Ranau dan Gunung Dempo, sebab jika keduanya "terbangun" kehidupan di sepanjang Bukit Barisan kembali tertimbun.--------------------------------------------Suku Ranau, Mereka Berasal dari Lampung:Suku Ranau sebenarnya berasal dari Lampung Barat. Mereka pindah dari daerah asalnya, kemudian menetap di tepian danau di Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, sejak abad ke-15. Suku asli yang sebelumnya tinggal di kawasan danau justru hijrah ke Lampung Tengah.Setidaknya cerita itulah yang banyak beredar di tengah masyarakat. Tidak ada bukti tertulis, seperti prasasti atau manuskrip, yang mendukung kisah asal-usul suku tersebut. Kebenaran sejarah itu lebih banyak bertumpu pada penuturan nenek moyang, ditambah adanya sejumlah makam tetua suku yang masih bisa dijumpai sampai sekarang.Menurut Ketua Pemangku Adat Ranau Ruslan Tamimi, saat ditemui awal November lalu, kawasan Danau Ranau semula didiami suku Abung, yang berkembang sekitar tahun 1.400. Mereka hidup menjadi penangkap ikan, bertani, atau berkebun.Pada abad ke-15 datang empat kelompok masyarakat yang menduduki Ranau. Satu kelompok berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat, yang dipimpin Depati Alam Padang yang menempati sebelah barat Ranau.Tiga kelompok lagi dari Sekala Brak, Lampung. Kelompok Sekala Brak yang dipimpin Raja Singa Juhku menetap di sebelah timur, kelompok pimpinan Puyang Empu Sejadi Helau di sebelah utara, dan kelompok yang dipimpin Pangeran Liang Batu serta Pahlawan Sawangan menempati wilayah timur Ranau.Keempat kelompok itu kemudian berbaur dan terpilah lagi dalam tiga kawasan, yaitu di Banding Agung, Pematang Ribu, dan Warku. Kehidupan semua kelompok diatur dengan sistem marga yang masing-masing dipimpin seorang pesirah. Mereka itulah yang menjadi cikal bakal dan akhirnya disebut suku Ranau sampai sekarang. Adapun suku asli, suku Abung, terdesak dan akhirnya hijrah ke Lampung Tengah.Bertahan HidupRata PenuhHingga kini suku Ranau mempertahankan hidup dengan cara bertani, berladang, dan menangkap ikan. Sebagian sawah yang ada memiliki irigasi teknis sehingga bisa panen tiga kali setahun.Sistem pemerintahan marga mengatur hampir semua sisi kehidupan masyarakat. Suku Ranau otonom dan tidak tunduk kepada kerajaan mana pun, termasuk Kerajaan Palembang Darussalam yang berpusat di Palembang (abad XVI-XVIII).Pada abad XVIII, suku Ranau ditaklukkan Belanda. Pada tahun 1908, Belanda menyatukan tiga marga suku Ranau menjadi satu marga saja yang dipimpin satu pesirah yang berkedudukan di Banding Agung. Pesirah pertama adalah Pangeran Amrah Depati Muslimin, disusul Ahmad Abi Sujak Berlian, Depati Nawawi, Depati Johansyahfri, dan terakhir Depati Ruslan Tamimi, yang memimpin marga Ranau pada tahun 1980-1992.Tugas pesirah adalah mengatur pemerintahan, adat, dan budaya anggota suku yang tersebar di 32 desa yang disebut kriyo.Di bawah sistem marga, suku Ranau memiliki semacam anggaran belanja sendiri yang disebut nilayan marga, yang mengatur pemasukan dan pengeluaran pemerintahan marga. Pesirah dibantu kriyo (setara dengan kepala desa) dan penggawo (setara dengan kepala dusun). Ada juga pengurus air yang disebut uae lampai ni salah dan bagian keamanan yang disebut kenit."Selama ratusan tahun sistem marga memiliki wibawa dan ditaati secara tradisional sehingga kehidupan suku Ranau relatif terjaga. Etika, seni budaya, dan hukum adat istiadat dapat ditegakkan dengan baik. Pentas kesenian, gotong royong, dan pelestarian lingkungan dijunjung tinggi," ungkap Ruslan Tamimi.Sistem marga berhenti pada tahun 1994, setelah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menerapkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, yang mengubah sistem marga menjadi sistem desa. Pemerintahan suku Ranau kemudian dipimpin seorang camat yang berkedudukan di Banding Agung.Namun, adat istiadat tetap diurus secara terpisah oleh seorang pemangku adat terpilih, yang dijabat Ruslan Tamimi sejak tahun 1992 hingga sekarang.PenambanganSejak dikendalikan dengan sistem pemerintahan desa yang longgar dan birokratis, kehidupan suku Ranau berangsur berubah. Sendi-sendi adat, sikap gotong royong, serta kesadaran untuk melestarikan lingkungan secara perlahan berkurang. Salah satu contoh nyata, sebagian dari Bukit Barisan yang mengelilingi Danau Ranau sebelah timur dan utara rusak parah akibat ditambang secara liar sejak pertengahan tahun 1990-an.Penambangan menggerogoti Bukit Petambon yang terdapat di Desa Subik dan Jepara, Kecamatan Banding Agung. Setidaknya ada lima lokasi penambangan di kawasan sepanjang sekitar tiga kilometer itu.Kutipan FavoritTernyata…ASAL MUASAL RUMPUN SEMINUNG ADALAH DARI RANAU..... ?Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata "Anjak Lambung" yang berarti berasal dari ketinggian (Diandra Natakembahang:2005) ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi.Sebagaimana I Tshing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan beliau menyebut To-Langpohwang bagi penghuni negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan I Tshing, To-Langpohwang berarti Orang Atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala Brak adalah puncak tertinggi di Tanoh Lampung.Dari masa itu yang mulai tercatat, namun pernah kah kita tahu ? dari mana asalnya penduduk sekala brak ? mereka berasal dari ranau ! seperti yang saya coba terangkan Berikutnyadan menurut Pengamatan saya berdasarkan dari berbagi sumber adlah:Pada saat nabi nuh sekitar 6000 tahun yang lalu, menurunkan beberapa umatnya di gunung seminung. lalu setelah banjir semakin surut mereka turun dari gunung dan membuat komunitas sendiri semakin lama komunitas ini semakin besar akhirnya,mereka memcahkan diri menjadi 2 kelompok, kelompok pertama menyelusuri way selabung menuju utara, dan kelompok kedua menuju ke arah selatan , kelompok selatan , sementara kelompok induk tetap di sekitar danau ranau. perlu di ketahui salah satu sungai yang cukup besar yang berhulu di danau ranau adalah way selabung. karena itulahpengembangan pengembanagn dari suku induk menyebut mereka orang lampung, kata ini berasal dari kata se-labung berkembang oleh penutur penutur yang tidak terbiasa menjadi selampung, selampung artinya orang orang lampung, karena kata Se dalam bahasa ranau, menunjukan orang yang tidak di kenal namanya namun di ketahui asalnya, atau SI dalam bahasa indoneianya contoh dalam bentuk percakapan nya" sapa kek se liyu jeno " = siapakah yang lewat tadi"selampung, aga mit duway " = si lampung, mau ke airdari situlah orang orang menyebutnya sebagai orang orang dari selabung yang berkembang men jadi si lampung.Nah.. begitulah awal mulnya terbentuknya orang ranau/ orang lambung atau orang se labung.lalu kisah selanjutnya setelah terbentuk kerajaan Sekala Brak yang banyak di bahas oleh para Bloger-bloger yang tersebar di dunia maya kelanjutan dari kisah tersebut.Setelah orang ranau ini menyebar, maka sampailah penyebaranya di sekitar lampung barat, krui, Bengkulu dan sebagian lagi ke arah utara membentuk suku, daya komring haji dan seterusnya. yang mediami, muara dua, martapura dans eterusnya hingga ILIR (OKI) dan Hulu (OKU) . namun hal ini banyak tidak di akui dan di ketahui karena di ranau sendiri setelah Pemberontakan suku abung yang merupakan Sub Suku Budaya Rumpun Seminung ( Ranau/se-lampung/ selabung/ lambung ) di sekitar danau ranau tidak ada Kerajaan besar , karena setelah pemberontakan itu mereka mendirikan kerajaan Sekala Brak, yang mempunyai kekuasaan dan wilayah yang jauh lebih luas, Sehingga tercatat adalh kerajaan Sekala Brak saja,Raja sekala brak merasa mempunyai kuasa unutk mengambil kembali tanah leluhurnya dari suku abung. pun akhirnya sebagi tanah leluhur ranau dapat kembali di rebut oleh pemerintah yang sah, ( KErajaan Sekala Brak ) setelah perang saudara tersebut di akhiri dengan perjanjian hingga akhirnya suku abung di hukum untuk tidak boleh menguasai ranau karena ranau adalah tanah leluhur, yang mempunyai pesna alam, serta kekayaan, dan banayk memberikan kemudahan bagi masyarakat di sekitarnya ( aga iwa tinggal ngakuk, aga derian tinngal, mutil, aga bias tinggal ngegetas, pukok ni tumbai ni betik tilah ni tan sek tinggal di ranau no ) sementara "sebagai hukuman saudara suku abung harus menyingkir ke arah timur" mungkin seperti itulah titah raja Ranau Sekala Brak kepada para panglima abung..( halok ).Sementara ranau tetap dalam wilayah Kerajaan Sekala Brak, alasan mengapa kerajaan tidak lagi di pindahkan sekitar danau ranau karena alasan berikut..1. Daerah sekala brak dianggap lebih strategis, sehinga lebih mudah unutk mengatur daerah daerah satelitnya .karena lebih ketengah. selain itu unutk pertahanan dari serangan musuh sekala berak lebih tangguh karena selain di lindungi oleh gunung Pesagi , di utara di bentengi oleh gunung seminung , hal yang memungkinkan adalah datangnya musuh dari arah laut selatan, ini terbukti di abad ke 15 , kerajaan sekala berak beberapa daerahnya diserang oleh Kerajaan Banten melalui jalur laut........................**sekitar tahun 1550 suku bangsa Ranau ditaklukkan kesultanan Banten, yang membutuhkan sekitar Danau Ranau yang hampir sempurna kekayaan alamnnya, selain tanah yang subur, danau yang memanjakan para nelayan, kayanya hasil buminya, serta indahnya panorama alamnya ( lebih kurang bayangan penguasa banten ranau itu seperti surga kecil di atas bumi .. halok sehingga begitu nafsunya dia untuk menguasai )pada penyerangan ini banyak sekali bangsa ranau yang terbunuh2. Sekala brak merupakan dataran yang cukup luas dan subur , memungkinkan unutk pengembangan ibu kota kerajan dan lahan pertanian.3. sekala brak lebih dekat dan lebih mudah unutk mencapai pantai selatan, sebagai pintu gerbang untuk pergaulan dengan manca negara.selanjut nya dari pada itu...... sebagai pendukung yang mengarahkan bahwa semua penutur bahasa turunan dari Ranau/lambung./ selabung berasal dari suku induk yaitu suku ranau ....Berikut buktinya Sumber:Kepaksian_Sekala_BrakSekala Brak (Baca: Sekala Bekhak) adalah sebuah kerajaan yang mengalami era Hindu Budha atau era Keratuan dan era Islam atau era Kesultanan. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa Paksi Pak Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Kerajaan ini terletak di dataran tinggi Sekala Brak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) Yang menjadi cikal-bakal suku bangsa etnis Lampung saat ini.Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich di dalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan di dalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung.Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President and the Council of Port Marlborough Bengkulu, William Marsdn, 1779, diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where originally comme from they answere, from the hills, and point out an island place near the great lake whence, the oey, their forefather emigrated...". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang luas.."Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau tersebut ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau adalah Gunung Pesagi, Namun setelah saya Tanya sama mbah google translate arti sebenarnya adalah:Jika Anda bertanya kepada orang Lampoon dari bagian ini, di mana awalnya datang dari mereka menjawab dari bukit-bukit, dan menunjukkan tempat pulau dekat mana danau besar, oey itu, nenek moyang mereka beremigrasi ...****buku ini di jual di toko buku dan sudah di terjemahkan dalam bahas Indonesia, saya sendiri pernah membacanya .Dalam hal ini para fakar sejarah lupa, yang dekat danau hanya ada satu yaitu GUNUNG SEMINUNG, tapi mengapa justru yang di sebut gunung pesagi ?Padahal jarak dari gunung pesagi ke danau ranau adalah paling tidak 30 KM sementara gunung seminung persis di pinggir danau ranau.Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, peradaban ranau kuno, selain punah karena bencana alam juga akibat perang saudara dengan bangsa abung, yang tidak hanya menghilangkan 1 generasi penutur, namun juga membakar semua data data yang umumnya di tulis di kulit kulit kayu. Selain itu juga hal itu karena kita orang ranau tidak pernah perduli dengan sejarah dan kebudayaan kita sendiri.Kutipan selanjutnya.Kepaksian_Sekala_BrakDiriwayatkan di dalam Tambo bahwa para Pendiri Paksi Pak Sekala Brak adalah berasal dari Pagaruyung.Lalu,Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak (Diandra Natakembahang:2005), yaitu:Sakala Bhra yang berarti titisan dewa (terkait dengan Kerajaan Sekala Brak Kuno)Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau)Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya) ** tidak bisa di jadikan fakta karena tumbuhan ini tidak hanya ada di pesagi, namun juga di tempat lain termasuk di ranau" analisa dan kesimpulan saya adalah:Kutipan tersebut sulit di terima . KarenaASAL MUASAL ORANG LAMPUNG ADALAH DARI RANAU,(Baca lagi cerita ranau ) dan Orang ranau/ lampung bukan dari turunan padang atau pagaruyung mengapa ?Melihat dari bahasa adalah hal yang sangat tidak mungkin, bahasa ranau mempunyai kosa kata sendiri, dan umumnya sangat jauh dari bahasa minang.. pada masa itu memang ada kemungkinan ada eksodus dari suku minang kearah ranau/ lampung, tapi tentunya setelah lampung sendiri sudah berpenduduk yaitu suku ranau., namun di masa kerajaan ranau sekala brak. Atau masa masuknya islam ke daerah ranau. Beralih nya kepercayaan ranau kuno ke kepercayaan islam secara otomatis mempengaruhi adapt istiadat dan kebudayaan orang ranau saat ini, jadi tidak menampik ada kesamaan kebudayaan dan adat istiadat orang lampung /Ranau sekarang dengan kebudayaan dari minang kabau. Namun tidak pernah bias mengubah bahasanya. Artinya para pembawa islam dari minang tidak pernah menjadi penguasa, mereka hanya menjadi penyebar agama islam saja.Seperti yang saya coba ungkapkan pada halaman sebelumnya kesimpulannya adalah :Setelah orang ranau kembali menguasai daerah ranau, namun tidak lagi mendirikan kerajaan, karena kerajaan ranau sudah pindah ke skala brak sebagai ibu kotanya, dan sudah lumrah. Berpindahnya ibukota atau pusat pemerintahan pada kerajaan, selain disebabkan oleh bencana alam, juga di karenakan kekalahan perang, jadi saat kunjungan utusan cina datang ke sumatera, pemerintahan kerajaan ranau sudah pindah di sekala brak .Di beri nama sekala berak karena pendirinya datang dari daerah SEGARA BRAK ( air yang luas = danau ranau)Lalu pertanyaan selanjutnya adalah mengapa hanya sekala brak yang tercatat ?Ini dia :Berikut kutipan lainnyaDalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja. Prof. Wang Gungwu dalam majalah ilmiah Journal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali Ibukota Kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama.Artinya tercatatnya sejarah baru terdeteksi pada abad ke 4, dan lagi pulaBaru Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung.Kutipan selanjutnya,Abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa dan Budha. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa. ( sudah pernah saya tuturkan berdasarkan cerita kajong, ini terlihat benang merahnya,)Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9 Margasira 919 Caka yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45, diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Baginda Sri Haridewa.Lebih jauh lagi Sekala Brak Hindu adalah juga merupakan cikal bakal Sriwijaya, dimana saat persebaran awal dimulai dari dataran tinggi Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju ke arah utara menuju dataran palembang (Van Royen:1927). Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Hindu adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang memulai Dinasti Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering (Arlan Ismail:2003).Dan itu adalah perluasan penguasa ranau untuk cakupan kerajaan.....

Sejarah Kebudayaan Lampung

Penulis buku, pengamat kebudayaan Lampung. Saat ini sedang menulis sejarah Kesultanan Lampung

Sejarah Lampung dalam pengertian sebagai sebuah kebudayaan sudah sering ditulis. Ada yang bercerita sembari mengunggah mitologi, ada yang membongkar aturan dan adat yang berlaku, dan tak sedikit yang menyusuri jejak dari benda-benda bersejarah juga karya-karya seni seperti sastra.Salah satunya oleh Prof. Dr. A. Fauzi Nurdin. Dia menulis buku, Muakhi. Isinya bicara tentang nilai kebersamaan, rasa persaudaraan di antara orang Lampung, yang dipudun padukan dengan nilai-nilai agama Islam.  “Akar segala nilai dalam kebudayaan Lampung,” kata Fauzie Nurdin ketika kami berbincang di serambi rumahnya, Minggu, 18 Oktober 2015, “ada dalam Quran dan Hadits.”Jelas tak terbantahkan. Semua orang Lampung mengakuinya. Tapi perkara itu menjadi tidak khas. Sebab, seperti sebagian besar kebudayaan yang ada di Pulau Sumatra, adat dari seluruh kebudayaan di negeri ini selalu sejalan dengan kitabulloh (Kittab Alloh). Di lingkungan masyarakat kebudayaan Minangkabau, bahkan, di lingkungan masyarakat adat Batak (terutama di wilayah Selatan), adat selalu sejalan dengan Quran dan Hadis.Tak heran bila di wilayah pesisir Barat, ketidakkhasan itu acap dikait-kaitkan. Kebudayaan Lampung, yang diyakini berkembang mulai dari Gunung Pesagi, konon dipengaruhi kebudayaan Minangkau. Dulu, entah kapan, wakil dari Kerajaan Pagaruyung, tiba di wilayah pesisir Barat untuk menyebarluaskan agama Islam.Di daerah itu, agama Islam berkembang pesat, setelah melampaui sebuah peristiwa besar berupa perang. Tapi, bukan sebuah proses yang langsung jadi, melainkan sebuah proses panjang yang berdarah. Alkisah, setidaknya inilah yang hendak dikabarkan penulis novel Perempuan Penunggang Harimau, ada perang antara penduduk asli yang merupakan suku Tumi (kita tak tahu persis kebenaran suku ini) dengan pendatang dari Kerajaan Pagaruyung.Suku asli kalah dan tersingkir, lalu pendatang berkembang. Mereka kemudian menjadi leluhur dari kebudayan yang ada. Anak keturunan mereka kemudian berpencar, membentuk kelompok-kelompok baru, berkembang-biak, lalu membangun wilayah-wilayah kekuasaan masing-masing yang kini dikenal sebagai Provinsi Lampung.Tapi sejarah kebudayaan ini hanya diakui kelompoknya.Ada kelompok budaya Lampung lainnya, yang juga punya sejarah berbeda dengan alur yang juga berbeda. Kita pun mengenal Abung Siwo Mego yang berkembang di wilayah Utara, yang kemudian menjadi dasar bagi terbentuknya wilayah Lampung Utara. Pemekaran wilayah membuat wilayah geografis Lampung Utara kini menyempit, meskipun perkembangan suku Abung Siwo Mego sendiri menjadi begitu luas.Di sebelah Timur, ada Lampung lain. Digerakkan oleh apa yang disebut Keratuan Pugung—yang melahirkan Keratuan Melinting dengan anak keturunan yang menyebar ke wilayah Selatan yakni Keratuan Darah Putih di wilayah Lampung Selatan.  Tapi di wilayah Selatan itu, ada pula Lampung lain, yakni Keratuan Dibalaw, yang menempati wilayah geografis Teluk Betuk.Sejumlah pengamat percaya –berdasarkan artefak yang aksara yang ditemukan—Keratuan Dibalaw bermula di pinggir Danau Ranau.  Sayang, bagaimana bisa Keratauan Dibalaw yang ada di Danau Ranau (pesisir Barat) bisa pindah ke pesisir Selatan (Bandar Lampung)? Tidak ada jejak yang ditemui, kecuali pada makam seseorang yang diduga ahli waris Keratuan Dibalaw yang ada di Bandar Lampung.Lantas, bagaimana menjelaskan Lampung lain, yakni Lampung pesisir yang pusat perkembangannya bermuara di Kelumbayan—yang meluas ke wilayah Padang Cermin—dan dikenal luas sebagai Kesultanan Lampung. Dalam sejarah Banten, Lampung ini merupakan cikal bakal pendiri Kesultanan Lampung yang didukung Kesultanan Banten.Meskipun begitu, di wilayah yang sama,  ada Lampung lain di pesisir Teluk Semaka, di muara Way Semaka. Sungai yang mengalir dari perbukitan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ini, konon sungai besar yang bisa dilalui perahu besar. Tapi jejaknya hari ini, kita hanyan melihat batu-batu menyerak. Sering, memang, Way Semaka membawa musibah banjir.  Lepas dari persoalan banjir itu, Way Semaka adalah jalur migrasi yang mungkin dipakai leluhur Lampung di kawasan pesisir Barat ke pesisir Teluk Semaka. Tapi, untuk apa leluhur itu migrasi, belum terungkap hingga kini. Cuma, kita tahu persis, sebagian besar anak keturunan warga Lampung yang ada di pesisir Teluk Semaka,  kini berumah dan tinggal di Rajabasa, Kota Bandar Lampung. Rajabasa dikenal luar sebagai lokasi terminal di Provinsi Lampung. Tapi di wilayah Lampung Selatan, Rajabasa adalah nama untuk Gunung Rajabasa.Jika gunung diyakini sebagai awal mula sebuah masyarakat kebudayaan, seperti Lampung berasal dari Gunung Pesagi, maka Lampung yang ada di wilayah Lampung Selatan memposisikan Gunung Rajabasa sebagai tempat keramat. Cuma, apakah Gunung Rajabasa juga menjadi daerah asal mula warga Lampung yang ada di pesisir Selatan? Tidak ada penjelasan. Kita hanya tahu, anak keturunan warga Lampung di pesisir Selatan punya tradisi kuat sebagai ahli waris Keratuan Darah Putih. Keratuan Darah Putih dibangun oleh anak keturunan Keratuan Pugung dan Keratuan Melinting.Pengaruh mempengaruhi ini membuat sejarah kebudayaan Lampung justru sangat kaya, dan tetap menyimpan misteri yang menantang para ahli untuk mengungkapnya. Apakah akan menelusurinya dari gunung-gunung yang dikeramatkan seperti Gunung Pesagi, Gunung Rajabasa, atau malah Gunung Pesawaran? Atau, menyusuri jejak-jejak itu dari sejumlah sungai (way), seperti yang dilakukan untuk menyusuri anak keturunan Buay Bulan yang bermigrasi dari pesisir Barat menuju Tulangbawang.  Semua hal bisa dicoba selama sumber referensinya berangkat dari hal-hal yang diketahui umum di lingkungan masyarakat Lampung. Tapi, sangat memprihatinkan jika sejarah kebudayaan Lampung itu mesti dilacak di Belanda, di negeri dari orang-orang yang pernah mempecundangi kebudayaan Lampung. Kita tahu, dari sejarah yang ditulis, Belanda mengawali penjajahan dengan menerjunkan para antropolog dan ahli bahasa. Hasil kajian para ahli itu kemudian menjadi sumber referensi untuk merumuskan strategi penjajahan. Kalau strategi yang dibuat tak mempan karena ada perlawanan dari kelompok-kelompok budaya yang tidak terdata oleh para ahli itu, maka strategisi selanjutnya adalah melemahkan kelompok budaya tersebut ke dalam posisi sebagai orang-orang kriminal.Sejarah ditulis oleh orang-orang menang. Sejarah ditulis oleh penguasa yang berkuasa. Kita belajar dari cara Belanda menulis sejarah dirinya. Maka, pemerintah Orde Baru menulis sejarahnya sendiri. Kita mengamini sejarah itu dan menganggapnya sebagai kebenaran. Kita tahu persis, kebenaran dalam sejarah baru bisa dianggap benar apabila sudah teruji fakta-faktanya. (*)

Sumber: www.translampung.comhttp://translampung.com/artikel-3931-menulis-sejarah-kebudayaan-lampung.aspx#ixzz3rl1elTfB

Senin, 02 November 2015

ASAL MUASALNYA ORANG LAMPUNG & TENTANG DANAU RANAU ( Ref. edit Fb, sdr.Harir Santosa )Danau Ranau, sebuah danau yang terletak di bagian Tenggara pulau Sumatra, usianya sekitar 2 juta tahun. Munculnya Danau Ranau ini diperkirakan sebagai awal dari berbagai bencana besar lainnya, yang memusnahkan sebuah peradaban manusia di sepanjang Bukit Barisan."Danau Ranau merupakan kaldera tua. Produk erupsinya adalah Tufa Ranau yang mengisi daerah lebih rendahKaldera yang dalam bahasa Spanyol berarti wajan, merupakan fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik."Umurnya sekitar 2 juta tahun. Mungkin dapat dibandingkan dengan kaldera Maninjau yang berusia 80 ribu tahun, kaldera Toba yang berusia 74 ribu tahun, karena produk erupsinya mirip,"Dengan penjelasan usia Danau Ranau tersebut, itu menandakan pada jalur Patahan Sumatra yang berada di sekitar Danau Ranau dan Gunung Dempo, pernah terjadi beberapa kali bencana gempa vulkanik yang sangat besar, sehingga memusnahkan banyak kehidupan atau peradaban di sepanjang Bukit Barisan.Salah satu buktinya, ditemukannya sejumlah artefak seperti patung megalitik yang usianya diperkirakan sekitar 2 ribu tahun Sebelum Masehi, yang disebut para peneliti sebagai peninggalan tradisi Megalitik Bukitbarisan Pasemah.Artefak-artefak ini ditemukan tersebar di berbagai dataran tinggi di Bukitbarisan, khususnya di Pagaralam, Lahat, Bengkulu, Lampung Barat, Ogan Komering Ilu, Ogan Komering Ilir, dan Jambi.Sebagian besar artefak-artefak itu ditemukan puluhan meter di dalam tanah. Dengan data itu, sangatlah wajar kewaspadaan harus ditunjukkan terhadap kemungkinan bencana besar di sekitar Danau Ranau dan Gunung Dempo, sebab jika keduanya "terbangun" kehidupan di sepanjang Bukit Barisan kembali tertimbun.--------------------------------------------Suku Ranau, Mereka Berasal dari Lampung:Suku Ranau sebenarnya berasal dari Lampung Barat. Mereka pindah dari daerah asalnya, kemudian menetap di tepian danau di Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, sejak abad ke-15. Suku asli yang sebelumnya tinggal di kawasan danau justru hijrah ke Lampung Tengah.Setidaknya cerita itulah yang banyak beredar di tengah masyarakat. Tidak ada bukti tertulis, seperti prasasti atau manuskrip, yang mendukung kisah asal-usul suku tersebut. Kebenaran sejarah itu lebih banyak bertumpu pada penuturan nenek moyang, ditambah adanya sejumlah makam tetua suku yang masih bisa dijumpai sampai sekarang.Menurut Ketua Pemangku Adat Ranau Ruslan Tamimi, saat ditemui awal November lalu, kawasan Danau Ranau semula didiami suku Abung, yang berkembang sekitar tahun 1.400. Mereka hidup menjadi penangkap ikan, bertani, atau berkebun.Pada abad ke-15 datang empat kelompok masyarakat yang menduduki Ranau. Satu kelompok berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat, yang dipimpin Depati Alam Padang yang menempati sebelah barat Ranau.Tiga kelompok lagi dari Sekala Brak, Lampung. Kelompok Sekala Brak yang dipimpin Raja Singa Juhku menetap di sebelah timur, kelompok pimpinan Puyang Empu Sejadi Helau di sebelah utara, dan kelompok yang dipimpin Pangeran Liang Batu serta Pahlawan Sawangan menempati wilayah timur Ranau.Keempat kelompok itu kemudian berbaur dan terpilah lagi dalam tiga kawasan, yaitu di Banding Agung, Pematang Ribu, dan Warku. Kehidupan semua kelompok diatur dengan sistem marga yang masing-masing dipimpin seorang pesirah. Mereka itulah yang menjadi cikal bakal dan akhirnya disebut suku Ranau sampai sekarang. Adapun suku asli, suku Abung, terdesak dan akhirnya hijrah ke Lampung Tengah.Bertahan HidupRata PenuhHingga kini suku Ranau mempertahankan hidup dengan cara bertani, berladang, dan menangkap ikan. Sebagian sawah yang ada memiliki irigasi teknis sehingga bisa panen tiga kali setahun.Sistem pemerintahan marga mengatur hampir semua sisi kehidupan masyarakat. Suku Ranau otonom dan tidak tunduk kepada kerajaan mana pun, termasuk Kerajaan Palembang Darussalam yang berpusat di Palembang (abad XVI-XVIII).Pada abad XVIII, suku Ranau ditaklukkan Belanda. Pada tahun 1908, Belanda menyatukan tiga marga suku Ranau menjadi satu marga saja yang dipimpin satu pesirah yang berkedudukan di Banding Agung. Pesirah pertama adalah Pangeran Amrah Depati Muslimin, disusul Ahmad Abi Sujak Berlian, Depati Nawawi, Depati Johansyahfri, dan terakhir Depati Ruslan Tamimi, yang memimpin marga Ranau pada tahun 1980-1992.Tugas pesirah adalah mengatur pemerintahan, adat, dan budaya anggota suku yang tersebar di 32 desa yang disebut kriyo.Di bawah sistem marga, suku Ranau memiliki semacam anggaran belanja sendiri yang disebut nilayan marga, yang mengatur pemasukan dan pengeluaran pemerintahan marga. Pesirah dibantu kriyo (setara dengan kepala desa) dan penggawo (setara dengan kepala dusun). Ada juga pengurus air yang disebut uae lampai ni salah dan bagian keamanan yang disebut kenit."Selama ratusan tahun sistem marga memiliki wibawa dan ditaati secara tradisional sehingga kehidupan suku Ranau relatif terjaga. Etika, seni budaya, dan hukum adat istiadat dapat ditegakkan dengan baik. Pentas kesenian, gotong royong, dan pelestarian lingkungan dijunjung tinggi," ungkap Ruslan Tamimi.Sistem marga berhenti pada tahun 1994, setelah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menerapkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, yang mengubah sistem marga menjadi sistem desa. Pemerintahan suku Ranau kemudian dipimpin seorang camat yang berkedudukan di Banding Agung.Namun, adat istiadat tetap diurus secara terpisah oleh seorang pemangku adat terpilih, yang dijabat Ruslan Tamimi sejak tahun 1992 hingga sekarang.PenambanganSejak dikendalikan dengan sistem pemerintahan desa yang longgar dan birokratis, kehidupan suku Ranau berangsur berubah. Sendi-sendi adat, sikap gotong royong, serta kesadaran untuk melestarikan lingkungan secara perlahan berkurang. Salah satu contoh nyata, sebagian dari Bukit Barisan yang mengelilingi Danau Ranau sebelah timur dan utara rusak parah akibat ditambang secara liar sejak pertengahan tahun 1990-an.Penambangan menggerogoti Bukit Petambon yang terdapat di Desa Subik dan Jepara, Kecamatan Banding Agung. Setidaknya ada lima lokasi penambangan di kawasan sepanjang sekitar tiga kilometer itu.Kutipan FavoritTernyata…ASAL MUASAL RUMPUN SEMINUNG ADALAH DARI RANAU..... ?Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata "Anjak Lambung" yang berarti berasal dari ketinggian (Diandra Natakembahang:2005) ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi.Sebagaimana I Tshing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan beliau menyebut To-Langpohwang bagi penghuni negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan I Tshing, To-Langpohwang berarti Orang Atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala Brak adalah puncak tertinggi di Tanoh Lampung.Dari masa itu yang mulai tercatat, namun pernah kah kita tahu ? dari mana asalnya penduduk sekala brak ? mereka berasal dari ranau ! seperti yang saya coba terangkan Berikutnyadan menurut Pengamatan saya berdasarkan dari berbagi sumber adlah:Pada saat nabi nuh sekitar 6000 tahun yang lalu, menurunkan beberapa umatnya di gunung seminung. lalu setelah banjir semakin surut mereka turun dari gunung dan membuat komunitas sendiri semakin lama komunitas ini semakin besar akhirnya,mereka memcahkan diri menjadi 2 kelompok, kelompok pertama menyelusuri way selabung menuju utara, dan kelompok kedua menuju ke arah selatan , kelompok selatan , sementara kelompok induk tetap di sekitar danau ranau. perlu di ketahui salah satu sungai yang cukup besar yang berhulu di danau ranau adalah way selabung. karena itulahpengembangan pengembanagn dari suku induk menyebut mereka orang lampung, kata ini berasal dari kata se-labung berkembang oleh penutur penutur yang tidak terbiasa menjadi selampung, selampung artinya orang orang lampung, karena kata Se dalam bahasa ranau, menunjukan orang yang tidak di kenal namanya namun di ketahui asalnya, atau SI dalam bahasa indoneianya contoh dalam bentuk percakapan nya" sapa kek se liyu jeno " = siapakah yang lewat tadi"selampung, aga mit duway " = si lampung, mau ke airdari situlah orang orang menyebutnya sebagai orang orang dari selabung yang berkembang men jadi si lampung.Nah.. begitulah awal mulnya terbentuknya orang ranau/ orang lambung atau orang se labung.lalu kisah selanjutnya setelah terbentuk kerajaan Sekala Brak yang banyak di bahas oleh para Bloger-bloger yang tersebar di dunia maya kelanjutan dari kisah tersebut.Setelah orang ranau ini menyebar, maka sampailah penyebaranya di sekitar lampung barat, krui, Bengkulu dan sebagian lagi ke arah utara membentuk suku, daya komring haji dan seterusnya. yang mediami, muara dua, martapura dans eterusnya hingga ILIR (OKI) dan Hulu (OKU) . namun hal ini banyak tidak di akui dan di ketahui karena di ranau sendiri setelah Pemberontakan suku abung yang merupakan Sub Suku Budaya Rumpun Seminung ( Ranau/se-lampung/ selabung/ lambung ) di sekitar danau ranau tidak ada Kerajaan besar , karena setelah pemberontakan itu mereka mendirikan kerajaan Sekala Brak, yang mempunyai kekuasaan dan wilayah yang jauh lebih luas, Sehingga tercatat adalh kerajaan Sekala Brak saja,Raja sekala brak merasa mempunyai kuasa unutk mengambil kembali tanah leluhurnya dari suku abung. pun akhirnya sebagi tanah leluhur ranau dapat kembali di rebut oleh pemerintah yang sah, ( KErajaan Sekala Brak ) setelah perang saudara tersebut di akhiri dengan perjanjian hingga akhirnya suku abung di hukum untuk tidak boleh menguasai ranau karena ranau adalah tanah leluhur, yang mempunyai pesna alam, serta kekayaan, dan banayk memberikan kemudahan bagi masyarakat di sekitarnya ( aga iwa tinggal ngakuk, aga derian tinngal, mutil, aga bias tinggal ngegetas, pukok ni tumbai ni betik tilah ni tan sek tinggal di ranau no ) sementara "sebagai hukuman saudara suku abung harus menyingkir ke arah timur" mungkin seperti itulah titah raja Ranau Sekala Brak kepada para panglima abung..( halok ).Sementara ranau tetap dalam wilayah Kerajaan Sekala Brak, alasan mengapa kerajaan tidak lagi di pindahkan sekitar danau ranau karena alasan berikut..1. Daerah sekala brak dianggap lebih strategis, sehinga lebih mudah unutk mengatur daerah daerah satelitnya .karena lebih ketengah. selain itu unutk pertahanan dari serangan musuh sekala berak lebih tangguh karena selain di lindungi oleh gunung Pesagi , di utara di bentengi oleh gunung seminung , hal yang memungkinkan adalah datangnya musuh dari arah laut selatan, ini terbukti di abad ke 15 , kerajaan sekala berak beberapa daerahnya diserang oleh Kerajaan Banten melalui jalur laut........................**sekitar tahun 1550 suku bangsa Ranau ditaklukkan kesultanan Banten, yang membutuhkan sekitar Danau Ranau yang hampir sempurna kekayaan alamnnya, selain tanah yang subur, danau yang memanjakan para nelayan, kayanya hasil buminya, serta indahnya panorama alamnya ( lebih kurang bayangan penguasa banten ranau itu seperti surga kecil di atas bumi .. halok sehingga begitu nafsunya dia untuk menguasai )pada penyerangan ini banyak sekali bangsa ranau yang terbunuh2. Sekala brak merupakan dataran yang cukup luas dan subur , memungkinkan unutk pengembangan ibu kota kerajan dan lahan pertanian.3. sekala brak lebih dekat dan lebih mudah unutk mencapai pantai selatan, sebagai pintu gerbang untuk pergaulan dengan manca negara.selanjut nya dari pada itu...... sebagai pendukung yang mengarahkan bahwa semua penutur bahasa turunan dari Ranau/lambung./ selabung berasal dari suku induk yaitu suku ranau ....Berikut buktinya Sumber:Kepaksian_Sekala_BrakSekala Brak (Baca: Sekala Bekhak) adalah sebuah kerajaan yang mengalami era Hindu Budha atau era Keratuan dan era Islam atau era Kesultanan. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa Paksi Pak Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Kerajaan ini terletak di dataran tinggi Sekala Brak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) Yang menjadi cikal-bakal suku bangsa etnis Lampung saat ini.Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich di dalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan di dalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung.Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President and the Council of Port Marlborough Bengkulu, William Marsdn, 1779, diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where originally comme from they answere, from the hills, and point out an island place near the great lake whence, the oey, their forefather emigrated...". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang luas.."Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau tersebut ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau adalah Gunung Pesagi, Namun setelah saya Tanya sama mbah google translate arti sebenarnya adalah:Jika Anda bertanya kepada orang Lampoon dari bagian ini, di mana awalnya datang dari mereka menjawab dari bukit-bukit, dan menunjukkan tempat pulau dekat mana danau besar, oey itu, nenek moyang mereka beremigrasi ...****buku ini di jual di toko buku dan sudah di terjemahkan dalam bahas Indonesia, saya sendiri pernah membacanya .Dalam hal ini para fakar sejarah lupa, yang dekat danau hanya ada satu yaitu GUNUNG SEMINUNG, tapi mengapa justru yang di sebut gunung pesagi ?Padahal jarak dari gunung pesagi ke danau ranau adalah paling tidak 30 KM sementara gunung seminung persis di pinggir danau ranau.Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, peradaban ranau kuno, selain punah karena bencana alam juga akibat perang saudara dengan bangsa abung, yang tidak hanya menghilangkan 1 generasi penutur, namun juga membakar semua data data yang umumnya di tulis di kulit kulit kayu. Selain itu juga hal itu karena kita orang ranau tidak pernah perduli dengan sejarah dan kebudayaan kita sendiri.Kutipan selanjutnya.Kepaksian_Sekala_BrakDiriwayatkan di dalam Tambo bahwa para Pendiri Paksi Pak Sekala Brak adalah berasal dari Pagaruyung.Lalu,Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak (Diandra Natakembahang:2005), yaitu:Sakala Bhra yang berarti titisan dewa (terkait dengan Kerajaan Sekala Brak Kuno)Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau)Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya) ** tidak bisa di jadikan fakta karena tumbuhan ini tidak hanya ada di pesagi, namun juga di tempat lain termasuk di ranau" analisa dan kesimpulan saya adalah:Kutipan tersebut sulit di terima . KarenaASAL MUASAL ORANG LAMPUNG ADALAH DARI RANAU,(Baca lagi cerita ranau ) dan Orang ranau/ lampung bukan dari turunan padang atau pagaruyung mengapa ?Melihat dari bahasa adalah hal yang sangat tidak mungkin, bahasa ranau mempunyai kosa kata sendiri, dan umumnya sangat jauh dari bahasa minang.. pada masa itu memang ada kemungkinan ada eksodus dari suku minang kearah ranau/ lampung, tapi tentunya setelah lampung sendiri sudah berpenduduk yaitu suku ranau., namun di masa kerajaan ranau sekala brak. Atau masa masuknya islam ke daerah ranau. Beralih nya kepercayaan ranau kuno ke kepercayaan islam secara otomatis mempengaruhi adapt istiadat dan kebudayaan orang ranau saat ini, jadi tidak menampik ada kesamaan kebudayaan dan adat istiadat orang lampung /Ranau sekarang dengan kebudayaan dari minang kabau. Namun tidak pernah bias mengubah bahasanya. Artinya para pembawa islam dari minang tidak pernah menjadi penguasa, mereka hanya menjadi penyebar agama islam saja.Seperti yang saya coba ungkapkan pada halaman sebelumnya kesimpulannya adalah :Setelah orang ranau kembali menguasai daerah ranau, namun tidak lagi mendirikan kerajaan, karena kerajaan ranau sudah pindah ke skala brak sebagai ibu kotanya, dan sudah lumrah. Berpindahnya ibukota atau pusat pemerintahan pada kerajaan, selain disebabkan oleh bencana alam, juga di karenakan kekalahan perang, jadi saat kunjungan utusan cina datang ke sumatera, pemerintahan kerajaan ranau sudah pindah di sekala brak .Di beri nama sekala berak karena pendirinya datang dari daerah SEGARA BRAK ( air yang luas = danau ranau)Lalu pertanyaan selanjutnya adalah mengapa hanya sekala brak yang tercatat ?Ini dia :Berikut kutipan lainnyaDalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja. Prof. Wang Gungwu dalam majalah ilmiah Journal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali Ibukota Kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama.Artinya tercatatnya sejarah baru terdeteksi pada abad ke 4, dan lagi pulaBaru Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung.Kutipan selanjutnya,Abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa dan Budha. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa. ( sudah pernah saya tuturkan berdasarkan cerita kajong, ini terlihat benang merahnya,)Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9 Margasira 919 Caka yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45, diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Baginda Sri Haridewa.Lebih jauh lagi Sekala Brak Hindu adalah juga merupakan cikal bakal Sriwijaya, dimana saat persebaran awal dimulai dari dataran tinggi Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju ke arah utara menuju dataran palembang (Van Royen:1927). Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Hindu adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang memulai Dinasti Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering (Arlan Ismail:2003).Dan itu adalah perluasan penguasa ranau untuk cakupan kerajaan.......
Thursday, 28 April 2011

To Lang Pohwang = ANJAK LAMBUNG

KERAJAAN ADAT PAKSI PAK SEKALA BRAK(sumber: http://buaypernong.blogspot.com/2008/12/sekala-beghak.html )Sekala Beghak (biasa ditulis Skala Brak), adalah kawasan yang sampai kini dapat disaksikan warisan peradabannya. Kawasan ini boleh dibilang kawasan yang “sudah hidup” sejak masa pra-sejarah. Batu-batu menhir mensitus dan tersebar di sejumlah titik di Lampung Barat. Bukti, ada tanda kehidupan menyejarah.Sebuah batu prasasti di Bunuk Tenuar, Liwa berangka tahun 966 Saka atau tahun 1074 Masehi, menunjukkan ada jejak Hindu di kawasan tersebut. Bahkan di tengah rimba ditemukan bekas parit dan jalan Zaman Hindu. Ada lagi disebut-sebut bahwa Kenali yang dikenal sekarang sebagai ibukota Kecamatan Belunguh, adalah bekas kerajaan bernama “Kendali” dengan “Raja Sapalananlinda” sebagaimana disebut dalam “Kitab Tiongkok Kuno”. Kata “Sapalananlinda” oleh L.C. Westenenk ditafsir sebagai berasal dari kata “Sribaginda” dalam pengucapan dan telinga orang Cina. Jadi bukan nama orang tapi gelar penyebutan. Buku itu konon juga menyebut, bahwa Kendali itu berada di antara Jawa dan Siam-Kamboja. Kitab itu, menyebut angka tahun antara 454 – 464 Masehi. Kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Inggris oleh Groenevelt (Wikipedia Indonesi, 2007). Meski belum seluruhnya terbaca, namun dapat disimpulkan: di situ tercatat suatu peradaban panjang. Suatu kawasan tua yang mencatatkan diri dalam sejarah umat manusia. Di wilayah ini pula pernah berdiri sebuah kerajaan. Ada yang menyebut kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tulang Bawang, namun bukti-bukti keberadaannya sulit ditemukan. Sedang keyakinan yang terus hidup dan dipertahankan masyarakat khususnya di Lampung Barat serta keturunan mereka yang tersebar hingga seluruh wilayah Sumatera Selatan, menyebutkan Kerajaan Skala Beghak. Pendapat ini juga disokong oleh keberadaan para raja yang bergelar Sai Batin, hingga bukti-bukti bangunan dan alat-alat kebesaran kerajaan, upacara dan seni tradisi yang masih terjaga. Masih banyak bukti lain, namun perlu pembahasan terpisah.Kalau membaca peta Propinsi Lampung sekarang, kisaran lokasi pusat Sekala Beghak berada di hampir seluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat, sebagian Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan. “Pusat kerajaan” meliputi daerah pegunungan di lereng Gunung Pesagi di daerah Liwa, seputar Kecamatan Batu Brak, Kecamatan Sukau, Kecamatan Belalau dan Kecamatan Balik Bukit. Sebagai kesatuan politik Kerajaan Sekala Beghak telah berakhir. Tetapi, sebagai kesatuan budaya (cultural based) keber¬adaannya turun temurun tewarisi melalui sejarah panjang yang menggurat kuat dan terbaca makna-maknanya hingga saat ini. Sekala Beghak dalam gelaran peta Tanah Lampung, pastilah tertoreh warna tegas, termasuk sebaran pengaruh kebudayaannya sampai saat ini.Tata kehidupan berbasis adat tradisi Sekala Beghak juga masih dipertahankan dan dikembangkan. Terutama, Sekala Beghak setelah dalam pengaruh “Empat Umpu” penyebar agama Islam dan lahirnya masyarakat adat Sai Batin. Adat dan tradisi terus diacu dalam tata hidup keseharian masyarakat pendukungnya dan dapat menjadi salah satu sumber inspirasi dan motivasi pengembangan nilai budaya bangsa. Hasil pembacaan atas segala yang ada dalam masyarakat berkebudayaan Sai Batin di Lampung, memperlihatkan kedudukan dan posisi penting Sekala Beghak sebagai satuan peradaban yang lengkap dan terwariskan. Keberadaan Sekala Beghak tampak sangat benderang dalam peta kebudayaan Sai Batin, sebagai satu tiang sangga utama pembangun masyarakat Lampung. Bahkan, telah diakui, Sekala Beghak sebagai cikal bakal atau asal muasal tertua leluhur “orang Lampung”. Bahkan keberadaan Skala Beghak, berada dalam kisaran waktu strategis perubahan peradaban besar di Nusantara, dari Hindu ke Islam.Bukti kemashuran Sekala Beghak dirunut melalui penuturan lisan turun-temurun dalam wewarah, tambo, dan dalung yang mempertegas keberadaan Lampung dalam peta peradaban dan kebudayaan Nusantara. Kata Lampung itu sendiri banyak yang menyebut berasal dari kata “anjak lampung” atau “yang berasal dari ketinggian”. Pernyataan itu menunjukkan bahwa “orang Lampung” berasal dari lereng gunung (tempat yang tinggi), yang dalam hal ini Gunung Pesagi. Pendapat yang sama juga ditemukan dalam kronik perjalanan I Tsing. Disebutkan kisah pengelana dari Tiongkok, I Tsing (635-713). Seorang bhiksu yang berkelana dari Tiongkok (masa Dinasti Tang) ke India, dan kembali lagi ke Tiongkok. Ia tinggal di Kuil Xi Ming dan beberapa waktu pernah tingal di Chang’an. Ia menerjemahkan kitab agama Budha berbahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina. Dalam perjalanannya itu, kronik menulis I Tsing singgah di Sriwijaya pada tahun 671. Ia mengunjungi pusat-pusat studi agama Budha di Sumatera, di antaranya selama dua bulan di Jambi dan setelah itu konon tinggal selama 10 tahun di Sriwijaya (685-695). Dalam perjalanannya itu, I Tsing dikabarkan menyebut nama suatu tempat dengan “To Lang Pohwang”. Kata “To Lang Pohwang” merupakan bahasa Hokian, bahasa yang digunakan I Tsing.Ada yang menerjemahkan “To Lang Pohwang” sebagai Tulang Bawang. Salah satunya adalah Prof. Hilman Hadikusuma, ahli hukum adat dan budayawan Lampung tersebut memberi uraian perihal sejarah Lampung, khususnya dalam menafsir To Lang Pohwang sebagai Kerajaan Tulang Bawang. Disebut-sebut berada di sekitar Menggala, ibukota Kabupaten Tulang Bawang saat ini. Meski bekas-bekas atau artefaknya belum terlacak, garis silsilah raja dan istana, komunitas masyarakat pewaris tradisi, dan banyak hal lagi yang masih tidak bisa ditemukan. Tidak hanya dari sudut pandang semantis untuk memaknai kata “To Lang Pohwang”, namun perlu pula didampingi kajian sosiologis dan arkeologis yang lebih mendalam. Kata “To Lang Pohwang” berasal dari bahasa Hokian yang bermakna ‘orang atas’. Orang atas banyak diartikan, orang-orang yang berada atau tinggal di atas (lereng pegunungan, tempat yang tinggi). Dengan demikian penyebutan I Tsing “To Lang Pohwang” memiliki kesamaan makna dengan kata “anjak lampung”, sama-sama berarti orang yang berada atau tinggal di atas. Sedang atas yang dimaksud adalah Gunung Pesagi.Merujuk pada dua pendapat itu, maka penunjukan “orang atas” mengarah pada Suku Tumi yang tinggal di lereng Gunung Pesagi di Lampung Barat. Mereka inilah cikal-bakal Kerajaan Sekala Beghak. Kerajaan ini di kemudian hari ditundukkan oleh para penakluk, mujahid dan pendakwah Islam yang masuk ke Sekala Beghak dari Samudera Pasai melalui Pagaruyung Sumatera Barat. Di bawah Ratu Mumelar Paksi bersama putranya Ratu Ngegalang Paksi, disertai juga para Umpu, empat cucu Ratu Mumelar Paski. Mereka masuk untuk kemudian menguasai kawasan tersebut setelah menundukkan Suku Tumi. Para Umpu, keempat putra Ratu Ngegalang Paksi itulah yang kemudian melahirkan Paksi Pak Sekala Beghak dengan segala kebudayaannya, berkembang dan beranak pinak untuk kemudian menyebar ke seluruh Lampung dan sejumlah daerah. Karena kerajaan Sekala Beghak lama (animisme/dinamisme) telah dikalahkan dan dikuasai sepenuhnya oleh keempat Umpu keturunan Ratu Ngegalang Paksi, maka kemudian adat-istiadat dan kebudayaan yang berkembang dan dipertahankan hingga kini merupakan peninggalan Kerajaan Sekala Beghak Islam.Dalam tambo-tambo dan wewarah, “Empat Umpu” (Umpu Bejalan Diway; Umpu Belunguh; Umpu Nyekhupa, dan Umpu Pernong) banyak disebut memiliki peran sentral dalam membangun masyarakat adat Sai Batin, Paksi Pak Sekala Beghak. Pada periode selanjutnya, penyebaran orang-orang Sekala Beghak ini dapat dirunut dari kisah-kisah tentang kepergian mereka melalui sungai-sungai.Bahkan, sebagian orang-orang Komering pun mengaku sebagai keturunan Sekala Beghak. Mereka diperkirakan keturunan Pasukan Margasana yang dikirim Kerajaan Sekala Beghak ke Komering untuk menghadang serangan sisa-sia prajurit Kerajaan Sriwijaya yang telah runtuh sebelumnya. Seperti halnya keberadaan Suku Ranau sekarang, diakui juga berasal dari Sekala Beghak, Lampung Barat. Di sekitar Danau Ranau di Banding Agung, Ogan Komering Ulu itu semula dihuni Suku Abung yang setelah kedatangan orang-orang Sekala Beghak pada abad ke-15 mereka pindah ke Lampung Tengah. Seperti dikutip Harian KOMPAS, (11 Desember 2006:36), pada abad 15 datang empat kelompok masyarakat yang menduduki sekitar Danau Ranau. Di sebelah barat danau dihuni orang-orang yang datang dari Pagaruyung Sumatera Barat dipimpin Dipati Alam Padang. Sementara itu, tiga kelompok lainnya berasal dari Sekala Beghak. Tiga kelompok orang-orang Sekala Beghak itu dipimpin Raja Singa Jukhu (dari Kepaksian Bejalan Diway), menempati sisi timur danau. Di sisi timur danau pula, kelompok yang dipimpin Pangeran Liang Batu dan Pahlawan Sawangan (berasal dari Kepaksian Nyekhupa) menempat. Sementara kelompok yang dipimpin Umpu Sijadi Helau menempati sisi utara danau. Empu Sijadi Helau yang disebut-sebut itu bukan Umpu Jadi putra Ratu Buay Pernong, yang menjadi pewaris tahta Buay Pernong. Kemungkinan besar Umpu Sijadi di daerah Ranau tersebut adalah keturunan Kepaksian Pernong yang meninggalkan Kepaksian dan mendirikan negeri baru di Tenumbang kemudian menjadi Marga Tenumbang. Ketiga kelompok dari Sekala Beghak ini kemudian berbaur dan menempati kawasan Banding Agung, Pematang Ribu, dan Warkuk. Sampai sekarang banyak orang Banding Agung mengaku keturunan Paksi Pak Sekala Beghak. Di samping itu, ada kisah-kisah perpindahan orang Sekala Beghak, sebagaimana ditulis dalam Wikipedia (7/3/07: 04.02), yang dipimpin Pangeran Tongkok Podang, Puyan Rakian, Puyang Nayan Sakti, Puyang Naga Berisang, Ratu Pikulun Siba, Adipati Raja Ngandum dan sebagainya. Bahkan, daerah Cikoneng di Banten ada daerah yang diberikan kepada Umpu Junjungan Sakti dari Kepaksian Belunguh atas jasa-jasanya, dan banyak orang Sekala Beghak yang migrasi ke sana atau sebaliknya.Kisah-kisah ini memperkuat suatu kenyataan bahwa Sekala Beghak tidak hanya sebagai sumber muasal secara geografis, melainkan juga sumber kultur masyarakat. Sekala Beghak adalah hulu suatu kebudayaan masyarakat. Dari Sekala Beghak ini juga lahir huruf Lampung yaitu Kaganga. Bagi sebuah kebudayaan, memiliki bahasa dan aksara sendiri merupakan bukti kebesaran masa lalu kebudayaan tersebut. Di Indonesia hanya sedikit kebudayaan yang memiliki aksara sendiri, yaitu Batak, Lampung (Sumatera Selatan), Jawa, Sunda, Bali, dan Bugis. Dan kebudayaan yang memiliki aksara sendiri dapat dikategorikan sebagai kebudayaan unggul. Karena bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus simbol kemajuan peradaban.Semua aksara Nusantara tersebut berasal dari bahasa Palava, yang berinduk pada bahasa Brahmi di India. Bahasa Palava digunakan di India dan Asia Tenggara. Di Nusantara bahasa ini mengalami penyebaran dan pengembangan, bermula dari bahasa Kawi, sebagai induk bahasa Nusantara. Dari bahasa Kawi menjadi bahasa : Jawa (Hanacaraka), Bali, Surat Batak, Lampung/Sumatera Selatan (Kaganga), dan Bugis.Dari Kerajaan Sekala Beghak yang telah memiliki unsur-unsur “kebudayaan lengkap” ini pulalah “ideologi” Sai Batin dilahirkan dan disebarluaskan. Sampai saat ini, masih banyak yang bisa dibaca dari jejak-jejak yang tertinggal. Baik dari jejak fisik maupun jejak yang tidak kasat mata. Dari legenda, seni budaya, adat tata cara, bahasa lisan tulisan, artefak benda peninggalan, hingga falsafah hidup masih ada runut rujukannya. Dari Sekala Beghak itu di kemudian hari pengaruh budaya dan peradabannya berkembang dan berpengaruh luas ke seluruh Lampung bahkan sampai ke Komering di Sumatera Selatan sekarang. Tidak terhitung kemudian “pendukung budaya”-nya yang tersebar di seluruh Indonesia pada masa kini.